Keren itu Bermula dari Habit
....rahasia kenapa ketika orang lain bilang ke kamu : Keren! Tapi kamu malah jawab : biasa aja....
Dulu booming ada bocah Iran penghafal Al - Quran yang berhasil menghafalkan 30 juz ketika masih 7 tahun, ada pula yang sudah bertahun - tahun berusaha namun 1 juz pun belum lewat (maaf jadi curhat...)
Muhammad Al-Fatih menguasai al Quran, 5 bahasa asing, ilmu fiqih, ilmu sastra, ilmu sejarah, ilmu strategi perang dan diplomasi sampai menaklukkan Konstantinopel waktu umurnya baru 21 tahun, ada juga orang yang hidupnya dihabiskan sehari - hari luntang-luntung, merokok di jalanan, mengamen, ikut tawuran, nyoba narkoba, ngedugem dan lain - lain.
Dosen pembimbing saya, Prof. Hadi, punya habit harus berdiri klo mengajar, sambil bergerak dan berjalan kesana kemari, membuat mahasiswa menjadi aktif dengan pertanyaan -pertanyaan yang beliau lontarkan. Dua jam berbicara di depan kelas dengan intonasi semangat seperti tidak terlihat capek sama sekali. Beliau memang pembicara hebat, habit seorang pembicara telah mengakar pada diri beliau.
Konon orang - orang sukses sudah melewati 10.000 jam terbang untuk bisa menjadi master dalam bidang yang mereka geluti. Pak Felix Siaww dalam bukunya "How To Master Your Habit" menulis : jika dalam satu bulan sesuatu hal berhasil anda lakukan terus - menerus tanpa terputus, maka ia akan menjadi habit dalam hidup anda.
Benar, memulai sesuatu itu mudah, yang sulit adalah konsistensi untuk terus melakukannya. Namun ketika kebiasaan itu sudah mendarah daging, ia seperti alam bawah sadar yang menggerakkan hidup kita. Seperti habit aneh saya ini :
@Koleksi plastik
Saya punya dua plastik besar di bawah tempat tidur, yang satu isinya plastik satu lagi juga plastik (Lha?). Dari ukuran kecil sampai besar. Plastik - plastik yang didapatkan sewaktu belanja, rupanya klo dikumpulkan bisa sebanyak ini. Pantesan sungai kita isinya plastik juga. Bingung mau dihibahkan ke siapa, apalagi masyarakat kita yang punya sifat gengsi, apa mau pakai plastik bekas? Plastik itu mungkin nanti berguna, walaupun lebih banyak supply daripada demand. Saya sudah nyoba klo ke minimarket tidak minta plastik, klo ke warung pakai kotak makan, tapi klo penjual di jalan merasa tersinggung klo kita menolak diberi plastik. Beda cara pandang memang.
@Sortir sampah
Di dalam kamar ada dua plastik sampah, satu khusus produk - produk berbahan plastik, satu lagi khusus sampah - sampah berbahan kertas. Yang organik semacam sisa makanan, kulit buah, tulang ayam, yang bentuknya padat langsung saya gali lubang di taman dan ditimbun, yang cair berakhir di tempat cucian. Udah kebiasaan semacam kayak anak TK yang mengembalikan mainan sesuai dengan jenisnya. Persampahan kita belum terkelola dengan baik, maka solusi sementara maukah kita kelola sampah kita sendiri dengan bijak?
Oya, terkadang klo nimbun biji buah semacam blimbing, mangga, tomat, rambutan di taman, tiba - tiba tumbuh aja, padahal niatnya kan dibuang, trus klo udah hancur jadi pupuk menyuburkan tanah, eh malah dapat kejutan, asyik gak :)
Komentar
Posting Komentar