Berkunjung ke Kota Malang (4) - Jejak - jejak Sejarah


Kolam tugu, waktu saya SMA, ini tempat wajib
bg anak SMA Tugu u melepas kelulusannya/yg lg Ultah
dengan menceburkan diri/diceburkan :)

Beberapa hari 'liburan' di Malang, saya disibukkan jadwal yang saya susun di posting sebelumnya (jalan - jalan - tugas - reuni - kampus) ternyata ada spot - spot baru yang membuat kota ini semakin cantik. Jadi tak ada salahnya jika saya mengajak teman - teman masuk ke lorong waktu, mari kita telusuri kota yang sering dikatakan saudara kembar kota Bogor ini  : )

MASA KERAJAAN NUSANTARA

Beberapa situs sejarah peninggalan kerajaan Kanjuruhan, Mataram Hindu dan Singhasari.
Material yang digunakan adalah batu (terutama batu andesit), namun pada jaman majapahit
material yang digunakan untuk membangun candi adalah batu bata
Wilayah Malang sejak dahulu diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah dengan adanya penemuan benda – benda purbakala berupa prasasti, candi, arca, bekas-bekas pondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah di Wilayah Dinoyo dan Tlogomas. Penemuan prasasti Dinoyo  menunjukkan bahwa wilayah ini telah dihuni sejak abad ke-8 yaitu pada masa kerajaan Kanjuruhan. Selanjutnya beralih masuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu (Abad 9 – 11) dengan peninggalan berupa Candi Badut. Pada abad ke-13 wilayah Malang menjadi bagian dari kerajaan Singasari/Tumapel , dengan peninggalan berupa candi Jago dan Kidal. Setelah Kerajaan Singasari redup, kawasan ini berada dibawah kekuasaan kerajaan Majapahit  (abad 13 - 16) yang berpusat di wilayah Trowulan Mojokerto. Masa kerajaan Majapahit kemudian redup seiring berkembangnya Kerajaan Islam di Nusantara.

Peninggalam kerajaan Majapahit lebih banyak ditemukan di wilayah Mojokerto, namun kejayaan kerajaan terbesar di Asia Tenggara pada jaman dahulu ini sangat dikenang di Kota Malang. Pemakaian nama Brawijaya sebagai nama Komdam Militer dan Universitas adalah contohnya. Di Universitas Brawijaya, Prabu Brawijaya dijadikan lambang universitas, pun dengan arsitektur Majapahit turut dihidupkan dalam bentuk Gerbang, pagar dan bangunan taman. Jika ingin merasakan suasana majapahit, jangan lupa jalan - jalan ke Universitas Brawijaya ya  :)

Lanskap Universitas Brawijaya bertema Majapahit


MASA PENDUDUKAN BELANDA

Abad 18 – sebelum 1914

Sebelum tahun 1914 Kota Malang masih merupakan kabupaten  kecil yang menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Pasuruan. Sumber sejarah Belanda menyebutkan bahwa penyerbuan Belanda ke wilayah Malang dimulai karena adanya perlawanan pribumi terhadap VOC yang diketuai oleh Surapati. Surapati dan para pendukungnya memerintah Pasuruan (termasuk Malang) sekitar tahun 1686-1706, pada masa itu Malang adalah daerah pegunungan liar dan jarang penduduknya. Wilayah ini menjadi tempat perlindungan bagi para pejuang yang memberontak pada VOC. Untuk memadamkan beberapa pemberontakan yang terjadi, wilayah ini diserang oleh pasukan gabungan VOC, Mataram dan sekutu-sekutunya. 

Belanda menduduki daerah Malang sejak tahun 1776 dengan mendirikan benteng di daerah yang sekarang ditempati Rumah Sakit Umum Syaiful Anwar di daerah Klojen Lor. Kata “Klojen” berasal dari kata “loji” yang berarti sebutan untuk rumah orang Belanda. Pemukiman asli atau penduduk Malang sebelum kedatangan VOC ada di Kampung Temenggungan. Permukiman lainnya ada di seberang sungai Brantas daerah Djodipan Timur dan Kotalama serta Kutobedah. Meskipun masih merupakan kota kecil pada abad ke 19, kota ini menjadi strategis mengingat Keresidenan Pasuruan masa itu menjadi wilayah penting perkebunan tebu. 

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Gula di tahun 1870 yang mendorong pengembangan masuknya modal swasta asing ke Hindia Belanda, Malang menjadi pusat perkebunan terutama tebu dan kopi. Untuk memperlancar transportasi hasil perkebunan dibangun jaringan rel kereta api pada tahun 1878 yang menghubungkan Surabaya, Pasuruan, dan daerah lain di Jawa Timur.

Di stasiun kota baru kita bisa melewati lorong bawah tanah
untuk menuju jalur rel kereta api yang dituju, konon ada gosip yang
mengatakan bahwa ada jalan rahasia yang menghubungkan stasiun dengan
 aula di SMA Tugu (Kompleks sma 1,3 dan 4/jaman Belanda bernama HBS)

Zaman penjajahan Belanda di Malang memberikan pengaruh besar terhadap bentuk tata kota, permukiman dan arsitektur yang ada. Pusat wilayah Malang sebelum abad 20 adalah di wilayah Alun – Alun (Jl. Merdeka). Disekeliling alun – alun ini terdapat bangunan – bangunan penting yaitu Masjid Jami’ (dibangun tahun 1870), kantor residen (sudah dibongkar), dan kantor bupati. Konfigurasi spasial kota dibuat sedemikian rupa sehingga sistem pemerintahan dan ekonomi terkontrol oleh pihak Hindia Belanda. Pola kota dan  penyebaran permukiman di Malang sampai tahun 1914 adalah sebagai berikut (Staadgemeente Malang 1914 - 1939) :

*Pusat kota dan pemerintahan ditempatkan di kawasan Alun - Alun




*Permukiman Orang Eropa tinggal di dekat pusat pemerintahan serta jalan - jalan yang memiliki nilai ekonomi tinggi disebelah Barat daya dari Alun - alun Taloon, Tongan, Sawahan, dan sekitarnya, selain itu juga terdapat disekitar Kayoetangan, Oro - oro Dowo, Tjelaket, Klodjenlor dan Rampal

*Permukiman Penduduk Timur Asing (vreemde Oosterlingen) yang terdiri atas orang Cina yang sebagian besar merupakan pedagang perantara tinggal disekitar pasar, yang disebut daerah Pecinan

*Permukiman orang arab disekitar belakang masjid (kampung kauman)

*Permukiman orang pribumi kebanyakan menempati daerah kampung sebelah selatan alon - alon yaitu daerah kampung : Kebalen, Penanggungan, Djodipan, Talon dan klodjenlor

*Daerah Militer terletak disebelah Timur daerah Rampal




Tahun 1914 - 1939

Malang ditetapkan sebagai Kotamadya (gementee) pada tanggal 1 April 1914. Pemerintah Hindia Belanda membangun Kota Malang dalam beberapa periode yang dinyatakan dalam dokumen bowplan. Pihak Belanda memisahkan kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan dengan membangun Balaikota di wilayah utara. 

Masa Perjuangan Kemerdekaan (1939 – 1949)

Pada masa perjuangan kemerdekaan, pejuang Indonesia menggunakan teknik bumi hangus yaitu membakar bangunan bangunan penting supaya tidak ditempati oleh Belanda. Banyak bangunan kolonial tak luput dibakar dan hancur termasuk gedung balaikota (Alun – alun tugu/bunder).

Bersambung...tugas belum selesai :)

Komentar

Postingan Populer